Tuesday, April 23, 2019

PELAYANAN MANUAL TELAH MENYELAMATKAN HAK RIBUAN PEMILIH DI TST DAN YUEN LONG


(reportase pemilu Hong Kong 2019. Dimuat di Koran Suara Hong Kong)

Para pemilih sudah menyemut sejak pagi untuk menggunakan hak pilihnya. Mereka yang sebagian besar adalah para PMI (Pekerja Migran Indonesia) yang berada di Hong Kong ingin menggunakan hak suara sebagai warga negara Indonesia. Pemilu di Hong Kong-Macau dilakukan secara serentak di empat lokasi (Minggu, 14/04/2019) yaitu: Wan Chai, Tsim Sha Tsui (TST), Yuen Long dan Macau. Ada 31 TPS (Tempat Pemungutan Suara) yang tersebar di empat lokasi tersebut yang pembagiannya sebagai berikut: TPS 1 – 16 berada di Queen Elisabeth (Wan Chai), TPS 17 – 22 di Kai Fong (TST), TPS 23 – 30 bertempat di Town Hall  (Yuen Long) dan TPS 31 berada di Kai Tap Shek (Macau).

Hanya dalam hitungan menit, para pemilih sudah mengular di luar lokasi-lokasi pemilihan. Sistem layanan untuk para pemilih memang dibuat berlapis untuk mengecek data para pemilih. Saat masuk ke lokasi tempat pemungutan suara, para pemilih wajib melaporkan datanya ke front desk. Para petugas front desk akan melakukan scanning data. Prioritasnya adalah mereka yang sudah memegang kartu C6. Bagi pemegang kartu C6 akan mendapat giliran untuk melakukan pencoblosan pertama karena sudah terdata sebagai DPTLN (Daftar Pemilih Tetap Luar Negeri). Sebagian dari DPTLN ini juga sudah melakukan pencoblosan surat suara lewat pos. Mereka yang langsung datang ke TPS adalah mereka yang belum melakukan pencoblosan lewat pos. Baru setelah para pemegang kartu C6 selesai melakukan pencoblosan, kesempatan akan diberikan kepada mereka yang mendaftar sebagai DPK (Daftar Pemilih Khusus). Para pemilih DPK ini, mereka yang mendaftar dengan menggunakan paspor atau A5. Prosedur pemilihan, baik yang membawa C6 dan yang DPK harus melalui front desk untuk melewati proses scanning.

Proses scanning ini sebenarnya sudah dibuat dengan menggunakan teknologi yang cukup canggih, yaitu dengan scan QR. Harusnya sistem ini bisa mempercepat proses pendataan di front desk, namun justru sangat menghambat proses. Baik di TST dan Yuen Long, antrian semakin mengular saat para petugas front desk melakukan scanning data para pemilih. Sedangkan mereka yang masuk ke TPS tidak sebanding dengan mereka yang antri. Misalnya saja, para pemilih yang masuk ke bilik suara di setiap TPS di TST, pada saat loket pemungutan suara dibuka memang tidak langsung membludak. Situasi ini memang berlangsung sampai jam 12 siang. “Semua bilik suara harus dipenuhi dengan para pemilih, jangan ada yang kosong,” demikian teriak Nurul Qiriah menginstruksikan kepada petugas di TPS. Teriakan itu membuat kita semua bersemangat untuk mempercepat proses layanan di TPS. Di TST sendiri sudah sibuk melayani para pencoblos sejak pagi. “Saya sarapan pagi, sambil melayani para pencoblos,” demikian kata Ditto petugas KPPSLN di TPS 19.
 
Menjelang tengah hari, antrian semakian “menggila”. Korlap memberi instruksi keras agar semua bilik suara untuk setiap TPS agar diisi oleh para pencoblos. Tidak mungkin situasi ini dibiarkan. Hal yang sama juga terjadi di Yuen Long. Bahkan di TPS 29, Yuen Long, air sempat mengalir ke ruang pencoblosan karena hujan lebat yang mengguyur Hong Kong. Namun seperti antrian di TST, Yuen Long pun dipadati antrian para pemilih yang ribuan jumlahnya. "Ribuan orang memadati lokasi di Yuen Long. Untung bahwa di dekat lokasi itu ada semacam lapangan. Maka sebagian orang yang sudah mulai berjejalan dialihkan ke tanah lapang. Dari sana terus diatur mana yang memegang C6 dan yang tidak memegang C6," demikian cerita Betty seorang petugas Panwaslu.

Situasi TST dan Yuen Long hampir mirip. Serbuan para pemilih nyaris tidak terkendali. Tidak mungkin semua pemilih bisa terlayani jika tidak ada keputusan untuk mengubah sistem pencoblosan. Melihat situasi kritis tersebut, sekitar pukul 12.30, ada keputusan dibukanya layanan tanpa scanning. Koordinator lapangan memberikan pengumuman bahwa antrian sudah terlalu panjang, maka strategi diubah bahwa semua pemilih yang membawa C6 tinggal lapor saja di front desk dan petugas hanya melingkari nomor pada C6 tanpa scanning.

Petugas front desk hanya bertugas mendata yang tidak membawa C6. Keputusan inilah yang membuat antrian di TPS kebanjiran pencoblos. Koordinator lapangan dan relawan yang mengatur antrian lantas berjibaku untuk mengatur barisan agar langsung bisa terseleksi bagi mereka yang membawa C6 dan tidak membawa C6. Namun, itu belum mengatasi antrian yang luar biasa panjangnya, maka ada keputusan lagi bahwa pemilih boleh melakukan pencoblosan dengan menunjukkan HKID dan paspor. Dengan keputusan ini, maka proses di TPS semakin cepat sekali, tidak ada jeda bagi para petugas di TPS untuk berhenti melayani pemilih. Kita bisa “break” karena terpaksa untuk buang air kecil. Para pencoblos tidak lagi menunggu sambil duduk, namun sudah berdiri berdesakan di TPS. Situasi seperti ini tidak berhenti sampai dengan jam 19.00. Para relawan terus mengatur antrian agar semua pemilih bisa masuk ke TPS secara bergantian.

Keputusan untuk meniadakan scanning diganti dengan sistem manual dan diperbolehkannya para pemilih yang tidak membawa C6 untuk memilih dengan menunjukkan HKID dan paspor saja, telah mengurai antrian panjang di TST dan Yuen Long. Ribuan pemilih di Hong Kong sudah diselamatkan hak pilih mereka karena keputusan untuk kembali ke sistem manual.

No comments:

Post a Comment

MAY DAY 2019: KAMI PEKERJA, KAMI BUKAN BUDAK!!!

(feature ini sudah dimuat d Koran Suara Hong Kong 7/5/2019) Lima perempuan mengenakan pakaian hitam dan matanya ditutup dengan kain ka...